Jakarta, - Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh membuka Workshop Pendidikan Kewirausahaan di SMK,...
Gedung A lt.3 Depdiknas, Jakarta, Senin (30/11/2009) sore.
Dalam
sambutannya, Mendiknas mengatakan, “syarat untuk menjadi seorang
entrepreneur haruslah tahan banting menghadapi berbagai macam persoalan.
Agar bisa tahan banting maka seseorang harus dapat memenej diri dengan
potensi kemampuan psikologis yang dimilikinya. "Kalau syarat ini saja
tidak dipenuhi tidak akan bisa jadi
entrepreneur, syarat yang paling
pokok tahan banting. Kalau belum dibanting saja sudah pecah tidak usah
jadi entrepreneur, " katanya.
Hadir pada acara Direktur Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Mandikdasmen) Depdiknas
Suyanto, Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (Dir.PSMK) Joko
Sutrisno, pengusaha Bob Sadino, pakar marketing Hermawan Kartajaya, dan
159 Kepala SMK se Indonesia.
"seorang entrepreneur harus memiliki
pola pikir yang terbuka. Orang itu harus mampu melihat di luar dari
dirinya. Kemampuan lain yang harus dimiliki, kata Mendiknas, adalah
berpikir secara fleksibel. "Fleksibel itu
bukan berarti lepas dari jalur. Tidak akan keluar dari jalur, tetap di jalur," katanya.
Untuk
lebih sempurna lagi, lanjut Mendiknas, seorang entrepreneur harus
dibekali dengan kemampuan teknis. Dia mencontohkan, jika seseorang ingin
mengembangkan wirausaha di bidang elektronika maka minimal dia paham
tentang prinsip-prinsip elektronika. Jika seseorang ingin mengembangkan
wirausaha di bidang agro maka dia pun juga
harus mengetahui
prinsip-prinsip agro. "Intinya ada minimum teknical skill yang terkait
dengan lingkup yang mau dikembangkan kewirausahaannya itu," katanya.
Mendiknas
menambahkan, seorang entrepreneur bukan untuk memenuhi dirinya
sendirinya semata. Wirausaha, kata Mendiknas, pasti ada interaksi
dengan masyarakat luar dan ada interaksi dengan dunia disiplin yang
berbeda. "Tidak ada ceritanya seorang itu dikatakan wirausahawan
entrepreneur kelas dunia, tapi dia membuat sendiri, dipakai-pakai
sendiri. Itu bukan tipe wirausaha," ujarnya.
Mendiknas
mengemukakan, kebijakan pendidikan baik yang tertuang di dalam program
100 hari kerja Depdiknas maupun Rencana Strategis (Renstra) lima tahun
ke depan memberikan ruang untuk pendidikan yang mampu mendorong
kewirausahaan. "Itu adalah sesuatu hasil introspeksi dan refleksi dari
sekian panjang perjalanan dunia pendidikan kita. Ternyata ada slot yang
belum tergarap, sehingga sayang slot itu
(kewirausahaan) kalau tidak digarap dengan baik," katanya.
Dirjen
Mandikdasmen Depdiknas Suyanto melaporkan, pada workshop yang akan
diselenggarakan selama tiga hari ini membahas berbagai penajaman program
implementasi kewirausahaan di SMK agar seperti yang diprogramkan oleh
Presiden yaitu tercapai kesinambungan relevansi antara pendidikan dengan
dunia kerja. "Workshop kewirausahaan ini bertujuan untuk
mendiseminasikan berbagai peraturan baru yang berkaitan dengan program
kewirausahaan SMK dan
menggalang kemitraan dengan industri dan juga
berbagai informasi antara kepala SMK tentang pengembangan kewirausahaan,
" katanya.
Pakar marketing Hermawan Kartajaya memandang tepat
jika kewirausahaan itu dikembangkan di SMK. Lulusan SMK, kata dia,
setelah lulus maka dia bisa langsung bekerja dan jadi entrepreneur atau
dapat juga melanjutkan ke jenjang sarjana (S1). "SMK itu harusnya lebih
advanced," katanya.
Selain kewirausahaan, lanjut Hermawan, siswa
SMK juga perlu dibekali dengan kemampuan marketing. "Entrepreneurship
itu semangatnya, marketing itu strateginya, " katanya. -Sidiknas-
Sumber : diknas.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar